Musik menghentak dari panggung utama perhelatan Semarang Night Carnival 2017 akhir pekan kemarin. Sejumlah lagu lawas dimainkan dengan apik oleh penyanyi dan band pengiring.
Semarang Night Carnival adalah salah satu acara dalam gemerlap perayaan ulang tahun Kota Semarang yang ke-470. Semarang, seperti anak gadis yang sedang pesta pora upacara kelulusan, bersolek cantik dan menggelar acara meriah. Perhelatan besar di hari jadi ini dirayakan juga secara besar-besaran pada malam sebelumnya dengan pagelaran musik mewah Semarak Kidung Gempita dari Surya Orkestra.
Sebagai penampil utama malam itu. Surya Orkestra menyuguhkan alunan musik dari berbagai belahan dunia. Tembang dari India, Italia, China, dan lagu-lagu rock 90-an dinyanyikan bersusulan. Saya dan beberapa blogger lain di kursi undangan ikut lonjak-lonjak bahagia begitu nomor lagu yang akrab di telinga dimainkan. ^^
Senang!
Pesta belum usai! Setelah gendang telinga yang dibuai, malam berikutnya pada gelaran karnaval dengan tema Paras Semarang, giliran mata kami yang dihujani dengan busana karnaval cantik nan megah.
Pada awalnya adalah barisan mas-mas tampan dari drumband Genderang Suling Canka Lokananta Akademi Militer. Bayangkan mas-mas berbadan tegap, memegang dan menggebuk alat musik dengan sepenuh tenaga, lalu ada butir keringat turun berkilauan dari wajah tegasnya.
Udah ngiler?
Bayangkan lagi kalau mas-masnya ini bukan cuma satu, tapi ratusan! *nelen ludah.
Benak saya masih berusaha merekam sisa-sisa peninggalan mas-mas Akmil saat pemandu acara menyilakan masuk peserta karnaval ke panggung utama. Susah mau move on. Kalau kata Slank, mas-mas Akmil tadi itu “terlalu manis untuk dilupakan”.
Adalah Defile Burung Blekok yang sukses menggugah saya dari lamunan. Barisan burung blekok (ardeola speciosa) melenggok cantik ditemani musik dengan volume penuh. Burung Blekok adalah habitat endemi di pesisir pantai Semarang. Kini area pesisir itu menjadi salah satu area konservasi yang dilindungi.
Usai lenggok angkuh dari burung blekok, panggung disesaki kembali dengan barisan kostum cantik bertema Kembang Sepatu. Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman semak suku Malvaceae yang berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia kembang ini cukup mudah ditemukan dan kerap jadi tanaman penghias pagar rumah.
Usai peserta terakhir dari parade kembang sepatu meninggalkan karpet merah, giliran defile kuliner masuk ke lokasi acara. Awalnya saya cukup kaget melihat ikan bandeng di jadi hiasan kostum, tapi kemudian jadi terkesima karena desainnya yang luar biasa.
Bagaimana caranya membuat baju dengan desain lunpia, bandeng presto, wingko babat, dan roti ganjel rel terlihat cantik? PR banget kan, ya. Mari kita serahkan saja jawabannya pada peserta parade dari defile kuliner. ^^
Oh iya, pas sibuk scroll-scroll timeline kemarin, saya ketemu postingannya penampil terbaik 1 Defile Kuliner. Namanya Mba Fadilla. Di akunnya Mba Fadilla bilang kostum yang dia pakai itu beratnya 15 kilogram! Uhuy banget, kan?
Kebayang mesti siap-siap beberapa jam sebelum acara dimulai, lalu kemudian jalan kaki lagi dari Titik Nol Kilometer, Kantor Pos Besar Semarang ke arah Lawang Sewu di Jalan Pemuda. Kalau ditotal panjang perjalanannya total 1,3 kilometer, lho. Huih, jalan kaki tanpa beban aja keringetan, apalagi sambil pake kostum belasan kilo!
Kamu keren sekali lho, Mba Fadilla! *tepuk tangan sampe besok
Usai defile kuliner, pagelaran karnaval kembali dimeriahkan oleh yang merah-merah, defile lampion! Defile lampion ini, sepemandangan saya, yang paling riweuh karena peserta tak cuma bawa bola-bola lampion sebagai pemanis kostum, tapi mesti sekaligus juga bawa accu sebagai sumber energi lampunya!
Defile lampion adalah penghabisan di parade Paras Semarang. Tapi setelahnya masih ada beberapa performance lagi dari Sawahlunto (Sumatera Barat), Taiwan, Srilanka, Korea Selatan, dan Thailand!
Sawahlunto
Parade dari Sawahlunto, Sumatera Barat di #SNC2017 pic.twitter.com/7IlkqQVkU8
— Rere (@atemalem) May 6, 2017
Taiwan
Kalau ini kakak-kakak cantik dari Taiwan di #SNC2017 pic.twitter.com/nnHsS1Lvy3
— Rere (@atemalem) May 6, 2017
Thailand
Kakak-kakak yang datang dari sebelah, Thailand!#SNC2017 pic.twitter.com/s21nF1DNrt
— Rere (@atemalem) May 6, 2017
Srilanka
Kakak-kakak dari Srilanka yang keren banget. #SNC2017 pic.twitter.com/MXrfuspNEB
— Rere (@atemalem) May 6, 2017
Korea Selatan
Penggemar drama Korea mana suaraaaanyaaaaa. 😎😎#SNC2017 pic.twitter.com/AdyFy4T1LH
— Rere (@atemalem) May 6, 2017
Usai pagelaran/pertunjukan yang dikirim kota dan negara sahabat, Semarang Night Carnival ditutup dengan defile street carnival dari beberapa komunitas di Semarang.
Cantik, yaa.. ^^
Dari Fadilla Auliannisa (@fadilla.aul), salah satu peserta di event karnaval kemarin saya dapat informasi kalau peserta ternyata MEMBUAT SENDIRI KOSTUMNYA! *zoom in zoom out
Awalnya ada pendaftaran untuk peserta Semarang Night Carnival secara online. Lalu peserta terpilih disatukan dalam workshop yang diselenggarakan sejak akhir Februari. Diadakan setiap pekan, materi workshop meliputi kostum, make up, defile, dan koreografi.
Gadis manis yang berkuliah di Stikes Karya Husada Semarang ini bilang, kostum yang proses pembuatannya makan waktu hingga dua bulan ini diganjar sebagai Juara Penampil Terbaik 1 Defile Kuliner. “Terutama buatnya dibantu ayah. Lalu ibu, kakak, dan adik juga ikut kerjasama membantu dalam penyelesaian kostumnya,” kata Fadilla bercerita. 🙂
Oh iya untuk pembuatan kostumnya yang makan biaya hingga Rp 4 juta rupiah ternyata diusahakan oleh masing-masing peserta. “Gak masalah, karena memang sudah niat mau ikut SNC dan mau keluar uang berapa pun tidak masalah,” kata Fadilla lagi.
Sejujurnya saya jadi merinding sendiri pas ngobrol sama Fadilla. Event di tingkat ibukota, melalui perjuangan berbulan-bulan, dan mesti mengeluarkan sejumlah uang pribadi pula. Mereka luar biasa kerennya. Sepertinya rasa bangga dan peduli yang nyata pada kota kelahiran berhasil menghilangkan semua lelah, ya.
Fadilla sudah berbuat sesuatu untuk kotanya, bangsanya. Kita sudah bikin apa, ya?
/salam sayang untuk Semarang.
wih mba Fadilllaaaa. 15 kilo,, kereeen
Keren, dan BERAT! hahahhahah
OMIGOD, acaranya warbiyasak ya mbaa, seru banget nget.
SMG keren bgt dlm mengemas event ultah kotanya
Iya, Semarang keren nih. Moga bisa mampir lagi tahun depan. 😀
Keren banget u fadilla.. gak sia-sia deh tenaga dan uang yang dihabiskan!
Hooh, dibalik megah ada orang-orang yang bersusah payah ya Kak Lenny.
bagus-bagus ya, niat-niat pun… tapi akupun klo bisa ikutan mungkin akan sanggup bawa kostum seberat 15 kilo. Jadi ingat waktu nikah pakai suntiang berat selama 2 jam lebih. tetep senyum tetep salaman. Semarang keren lah *Thumbs up*
Hahhaha, dirimu pake suntiang yang gede itu? Keren ih, pasti cantik.
Iya, dakupun ga kebayang bawa-bawa baju 15 kilo, gendong anak aja gemeter dengkul euy. Hahhahaa
kostum seberat 15 kg, dipakai dari siang sampai malam
ini udah kayak fitness seharian penuh wahahaha
untung SNC cuma sehari, kalau seminggu penuh abis SNC mbak Fadilla ototnya kayak Agung Hercules
Wah iya, bisa jadi.
Kalo daeng nanti nyobain coba dibagi pengalamannya yaa.. *ngikik
KEREN BANGETTT dan NIAT BANGEEETTT!
Selama tinggal di Jakarta sih belom pernah liat karnaval kayak gini nih.
Ahh iya, Jakarta belum pernah bikin ya.
Aku sih pernah denger di Jember.
Terimakasih atas komen”annya kakak”ku , iya bangga jadi anak indonesia yg punya beragam budayanya dan khas kulinernya di masing” kota maupun daerah.Meskipun berat tapi tak apa tetap lelahnya bisa hilang karena penonton antusias banget untuk melihat acara Semarang Ninght Carnival 2017 . Terimakasih buat keluarga yg sudah memberi dukungan dan teman-teman fadilla
Terimakasih juga buat kak Rere yang sudah membuat tulisan yg bagus banget kata”nya . Dan semoga banyak yang membaca ya kak
Eh, kostumnya setelah dipake ditaruh mana, Fadilla? *penasaran
Ditaruh di rumah dan disimpan kak re
Banyak yang mencibir bahwa kegiatan sejenis meniru Jember Fashion Carnival. Memang benar adanya. JFC bisa dibilang memberi inspirasi. Tapi kalau itu sesuatu yang bernilai positif tak ada salahnya ditiru. Toh, tetap akan ada bedanya. Masing-masing daerah dengan kekayaan budayanya. Buktinya ada bandeng presto ikutan karnaval hahaha
Habis pesta kostum ini, pesertanya ngambil libur dua minggu kayaknya. Seminggu dipakai buat pijat punggung. Hahaha
Kamu paham banget sama pesertanya, Zia. Udah ngobrol one on one kayanya.
hahahha
Walaupun sumpek, berkeringat tapi seneng bisa lihat pasukan berkostum warna warni ceria itu. Apalagi yang pas pasukan berseragam beraksi, banyak mata cewek yang melotot eaaa
Eaaaa, masnya tegap terlatih gitu sih yaaa