Saya lupa-lupa ingat kapan persisnya pertama kali nonton wayang. Tapi, saya samar-samar ingat momennya. Waktu itu siaran televisi hanya TVRI, dan wayang dijadikan hiburan pada malam hari, beberapa saat setelah acara Dunia dalam Berita berakhir.
Sebagai perempuan asli Sumatera, pertunjukan wayang yang lambat dan bertele-tele tidak menarik perhatian saya. Terbiasa dengan musik dengan tempo cepat, tarian yang bersemangat, dan suara yang menggelegar, pertunjukan wayang sukses membuat saya mengantuk sebelum waktunya.
Semakin bertambah tua, semakin banyak bertemu beragam jenis manusia, preferensi hiburan yang bisa saya nikmati semakin banyak. Saya bahagia melihat tarian klasik dengan tempo super lambat di pelataran keraton, senang mendengar suara-suara memekik dari kumpulan laki-laki yang menarikan kecak, juga mencintai jaipong-tarian yang dianggap menjual erotisme.
Semakin bertambah tua, menjajal aneka rupa, saya tau setiap tarian/pertunjukan punya usahanya masing-masing untuk dipertontonkan. Satu waktu, saat menetap di Yogyakarta, saya mencoba belajar tari klasik. Sekian kali “mendak” (bentuk dasar kaki yang paling dominan, yaitu posisi lutut kaki ditekuk merendah) dalam satu putaran tarian mampu membuat paha, betis, dan telapak kaki saya gemetar gentar.
Kembali soal wayang, tahukah kamu kalau wayang sudah masuk ke Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO (UNESCO Intangible Cultural Heritage Lists). Dalam daftar UNESCO itu, selain wayang, dari Indonesia terdaftar pula Keris, Batik, Angklung, Tari Saman, dan Noken.
Wayang terkenal dengan gerakan dan gaya musik yang rumit. Cerita kuno yang berpusat di Pulau Jawa ini berkembang mulai dari istana kerajaan di Jawa dan Bali, hingga serta di daerah pedesaan.
Cerita Wayang meminjam karakter dari mitos asli, epos dan pahlawan India dari kisah-kisah Persia. Dalang menguasai perbendaharaan cerita yang sangat banyak, dan mampu melafalkan bagian-bagian narasi kuno yang puitis untuk mengugah minat penontonnya. Selain menceritakan kisah klasik, wayang juga kerap digunakan sebagai media kritik sosial.
Jenis-jenis wayang sendiri berdasarkan medianya ada banyak. Lima jenis yang cukup banyak dikenal yaitu Wayang Beber (berbentuk lembaran gambar-gambar yang melukiskan adegan-adegan), Wayang Kulit (berbentuk pipih dan terbuat dari kulit kerbau atau kambing), Wayang Klitik/Karucil (pipih, mirip dengan wayang kulit, namun terbuat dari kayu, bukan kulit), Wayang Golek (menggunakan wayang tiga dimensi yang terbuat dari kayu), dan Wayang Wong/Orang (drama tari yang menggunakan manusia untuk memerankan tokoh-tokohnya).
Pada perayaan puncak Ulang Tahun Kota Yogyakarta ke-262, 7 Oktober 2018 lalu, ribuan manusia tumpah ruah mulai dari Jembatan Gondolayu, Tugu Paal Putih, dan berakhir di Jalan Margo Utomo. Seperti saya, ribuan warga ini bertekad untuk melihat langsung kirab wayang yang dibawakan langsung oleh 1400 peserta dari 14 kecamatan di provinsi Yogyakarta.
Pertunjukan baru mulai pukul 7 malam, tetapi dari siang panitia sudah mulai beres-beres. Pembatas jalan mulai dipasang, alur lalu lintas mulai diatur. Banyak warga yang rela duduk melantai di pinggir jalan, beralaskan paving block, berpayung terik mentari, menanti pagelaran yang hanya muncul satu tahun sekali ini.
Sebelum acara dimulai, saya dan beberapa teman menyempatkan datang ke lokasi persiapan peserta. Gelap masih jauh, tapi mereka sudah siap dengan hiasan wajah dan kostum lengkap. Saya melihat banyak senyum, banyak bangga, dan banyak telepon peserta yang diacungkan tinggi-tinggi untuk mengabadikan momen spesial ini. Saya, yang menonton saja, bahagia sekali. Apalagi mereka, yang jadi bagian dari sejarah. π






Setiap kecamatan yang berpartisipasi akan menampilkan lakon wayang yang berbeda. Dari Kecamatan Kotagede ada Rama – Shinta, Kecamatan Danurejan membawa serta Srikandi, Ngampilan membawa Bhisma, Gondokusuman membawa Kunti, Mantrijeron membawa Sugriwo-Subali-Anjani, dan Gondokusuman membawa serta Kresna.
Dari Kecamatan Pakualaman ada Narasoma, dari Wirobrajan ada Suwida, dari Kraton ada Larasati, Gedongtengen menarikan Palguna – Palgunadi, Mergangsan membawa Kumbokarno, Umbulharjo menampilkan Anoman, dan Jetis membawa Togog-Semar Bathara Guru.
Gelap yang turun dari langit semacam aba-aba bagi seluruh warga yang memadati area karnaval. Saya, yang saat itu berprofesi sebagai turis, cukup takjub melihat puluhan ribu warga yang tenang. Tidak ada dorong-dorongan, tidak ada jerit-jeritan. Semua manut, ikut aturan. Meskipun luar biasa ramai, tapi suasana tetap damai.

Acara Wayang Jogja Night Carnival resmi dibuka dengan suara gong yang dibunyikan oleh Gubernur Yogyakarta,Β Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Izin dari sultan menjadi kode pada iringan karnaval, penari flash mob, dan warga untuk ikut menyerukan sorak-sorai kegembiraan.
Senang sekali bisa menjadi bagian dari keramaian Wayang Jogja Night Carnival #3. Kirabnya seru, dan cantik. Dua jam lebih duduk melantai di jalan jadi tidak terasa. Ohh iya, after party-nya juga asyik, setelah sekian panjang pertunjukan wayang, hentak musik modern dari DJ jadi pelengkap yang pas.

Terima kasih untuk semua yang membuat acara ini berlangsung baik, lancar, dan aman. Termasuk untuk bapak-bapak petugas kebersihan yang usai acara masih harus bekerja keras membuat Jogja tetap nyaman dinikmati. Buat saya, Jogja masih, dan tetap istimewa.
/salam jalan-jalan
Maturnuwun sanget mbakk…hehehehehe
Terima kasih sambutannya di Jogja, Mbakyu Uswah. ^^
Klo pulang kampung pas ultah yogya pasti seru ya
Nah, ide bagus Mba. Acara di kotanya berderettt lhooo. π
woaah.. belum pernah nonton karnaval beginian π
Nanti di negara baru ada karnaval seru juga ga?
Belum pernah nonton acara beginian. Nonton wayang pernah beberapa kali deh. Tapi lupa kapannya kak. Hehe…
Wayang ga ada matinya! Makin ke sini makin banyak pula variasinya, jadi bisa jangkau lebih banyak tipe audience. π
Keren memang wayang saya lebih suka yang bahasanya tetap Jawa tidak diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Ada carnavalnya ya pastiny keren tuh dilihat dari fotonya, apalagi kalau lihat langsung ya mbak
Iya, carnavalnya bagus! Moga tahun depan lebih seru. π
OMIGOD Kak , aku jadi pengin segera booking Sancaka dan cusss ke Jogja sesegera mungkiin, aaakkk!
Negara bagian Jogja memang ngangenin yes!
Wahhh wayang jogja night carnival keren ya. jadi pengen ikutan nonton juga. Ini acara rutin dan ada jadwalnya kah? soalnya saya tidak berdomisili di Yogyakarta sih tapi pengen ikutan motret disana juga.
Acara tahunan ini, Kak! Pas ultah Jogja dibikinnya. π
wah seru ya acara Wayang Jogja Night Carnivalnya
Iya, seruuu. Rasanya mau lebih lama. :))
Jogja memang kaya akan budaya, wayang ternyata ada carnival-nya ya..
Ada, setahun sekali!
wihh.
aku mantengin nih di sosmednya kak re.
di jakarta sampe sekarang masih ada tau wayangnya. hihi.
biasanya di daerah jakpus deket penabur itu.
Wahh, kapan-kapan nonton yuk Ben!
baru aja aku balik dari Yogyakarta, kota favorit yang gak akan pernah bosen buat disinggahi. Sempet mimpi buat stay di Yogya hehehe
Jogja ga ada liburnya. Tempat liburan kesukaanku nih. π
Rezeki, bisa liat yang seru-seru pas main ke sana.
Ya ampun kok ya pas ya dapat moment ini kak. Aku belum pernah lho pas ke sini ada keriaan gini. Next semoga akh
Pas ultah Jogja Kak. Dipas-pasin aja waktunyaa.
Wah seru amat?! Aku bolak-balik ke Jogja gak pernah pas acara ini masa uhuhuhu padahal pengen lihat karnavalnya. Gemes warna-warni gitu
Harus diulang Kak, pasin ultahnya Jogja yes.
Yogyakarta itu emang salah satu yang kece! Apalagi kalau nonton wayang, ada rasa magis yang bisa menghipnotis kita untuk nonton.. jadi kangen suasana Yogyakarta.. huhuhu
Paling seneng di Jogja itu jajannya. Duh, ga bisa berenti makaannn..
Adanya karnaval seperti ini jadi menambah kecintaan kepada budaya asli Indonesia. Semoga selalu tetap lestari
Semoga penerusnya makin banyak supaya ga hilang ya, Mba. π
whooaaa!! aku udah lama banget ga liat wayang, udah setahun kali ya.. aku jd kepikiran buat ke jogja deh jadinya π
Yuk, kopdar di Jogja?
Ah keren banget, aku juga lagi merencanakan liburan ke jogja. Kota favorit buat ku dan keluarga.
Aku juga akan ke Jogja lagi bulan depan Mba. π
Sama. Liat mereka mikirin kostum sampe segitunya, hatiku terlonjak-lonjak gembira!
Pertunjukkan kebudayaan itu memang bisa menghipnotis pengunjung yang pertama kali melihatnya. Harus dipertahankan acara festival budaya kayak gini.
Rutin digelar beberapa bulan sekali supaya penikmatnya makin banyak, senimannya juga makin berkembang ya Mba. π
Aku tuh pengen deh mba lihat carnival begini langsung, seru ya ssepertinya
Cuss ke Jogja pas ultahnya Mba. π
Gak nahan banget sama foto yang di mobil pickup, kece abis! Beneran kaya next top model deh. Duuuh kangen banget pingin ke Jogja lagi, semoga pas nanti ada kesempatan ke sana bisa berbarengan dengan carnival ini.
Hahahaha, ada tamu nyaru penari ya.
Fierce tak pandang tempat. :))
Wah jadi mau nonton karnaval kaya gini pasti seru
Seru banget Mba, rasanya ga mau selesai. π
Seru!! Aku kalau ke Jogja cuma sebatas kulineran, tapi seru juga ya kalau bisa liat acara keren gini π
Dipasin waktunya Mba, cek akun @ticjogjakota deh, mereka update info kegiatan di situ. π
Keren nih acaranya. Kayaknya ini rangkaian acara night carnival di berbagai kota ya. Soalnya di Jatim juga ada
Nah, kurang tauuu, tapi yang di Jogja ini katanya rangkaian acara ultah kota.
Bagus banget ini, terus melestarikan budaya Indonesia. Kalau pas ke Yogya belum pernah atau sempat nonton Jogja Night Carnival pasti ramai banget ya mbak.
Iya, rameeeee banget. Warga udah duduk-duduk di pinggir jalan dari sore lho. Semuanya antusias mau liat karnaval. π
baca artikel kak rere, aku jadi inget waktu masih tinggal di cirebon yang mirip2 gitu ya budayanya sama Yogya, soal wayang dll. Awalnya gak suka karena gak paham apalagi dengan bahasa pengantar jawa yang sama sekali aku gak ngerti. tapi setelah mengikuti banyak even seperti ini dan terjun langsung didalamnya, jadi malah jatuh cinta dan tertarik untuk belajar.
Aku belum sampai tahap belajar sih Non, tapi masih di tahap menikmati.
Semoga nanti tertular seperti kamu. π